Jumat, 16 Mei 2008

renungan

Apalagi yang tersisa?

Kemuliaan Islam kembali dikoyak. Benarkah masih mulia kita yang beragama Islam ini?

Ketika penghinaan kepada Rasulullah jelas di depan mata kita.

Gelora kedengkian kafir laknatyullah tak mampu kita padamkan.

Barisan umat Islam benar-benar terserak

Tak ada laju gelombang protes terhadap penayangan kembali kartun junjungan kita

Protes-protes telah padam

Di mana iman? yah, ini persoalan iman, bukan nurani. Nurani tak lagi ada sedikitpun saat ini. Yang ada hanyalah iman, pun jika darah mendidih ketika ada peristiwa ini.

Kedengkian mendalam yang selalu membuat kita terdiam

Dimanakah iman kita?

Ketika Barat kafir berani menyepelekan umat muslim

Menghampiri kemuliaan islam

Menginjak-injak dan merobek-robek identitas kebangggan kita

Bagi mereka, penghinaan ini bukanlah tawaran harga murah dari mereka untuk muslim. Tak ada resiko sama sekali. Penghinaan mereka pada islam gratis. Tak menuai bea dari kita. Tak ada resiko dari perbuatan mereka.

Karena kita masih tetap menyuplai minyak kepada mereka. Karena kita tidak menarik tabungan-tabungan pada bank-nbank mereka. Dan pangkalan militer negara-negar islam tak menggerakkan armadanya kepada mereka.

Tentara-tentar muslim juga tetap berada di tempat; taj segera mengokang senata. Artileri-artileri umat islam masih lelap dalam pangkuan pemerinytah yang banci.

Kedutaan besar mereka semakin semarak di negara-negara muslim.

Tak ada kekhawatiran dalam benak mereka. Ketakutan tak hinggap.

Di mana pemimpin umat islam?

Indonesia… dengan penduduk mayoritas muslim dan terbesar di dunia, apa yang ia lakuakn ?

Tak ada kemarahan sedikit pun, teguran sopan dengan nada lembut-layaknya banci-pun tidak. Sekedar ungkapan tertulis; tanda keberanian tak lagi bersisa- sekedar mengingatkan agar tajk berani menghhina islam, al-Qur’an nabi Islam-pun tak dada.

Lalu apa yang tersisa?

Berharap Pengampunan-Mu


Malam ini gelap pekat

Bayangan merah tlah datang

Kelam dosa hari kemarin menyeruak, dalam…

Bintang mengejek, tahu betapa dosa itu

Lingkaran takut dan rasa malu pada sang Khalik

Mencengkeram, hempaskan diri dalam penyesalan

Dan kujatuh di kesunyian, refleksi taubat ku

Segera, ku basuh jiwa dengan sujud-sujud panjang menghadap-Mu

Diri ini terlarut dalam lantunan do’a pengakuan diri

Sayap-sayap kesombongan terbakar, ku tertunduk di haribaan-Mu

Ku bertanya dalam pengaduanku

Rabb,, akankah dosa ini terampuni?

Setelah sekian lama dalam kubangan maksiat

Jalan semu sesat nan melenakan

Dan, hari-hari esok takkan begini

Langkah melambat menuju taubat takkan tersisa

Detik penghambaan takkan tersia-siakan lagi

Hanya kepada-Mu kembali fitrah ini

Sekuat hati, meraih medali uluhiyah

Menyelami lautan hikmah, dapatkan mutiara terindah

Berharap Pengampunan-Mu

Daftarkan diri kompetisi dapatkan jannah-Mu

Juara II Muharram Fair FSI FMIPA UNAND 2008

special untuk kenalanku : yanah, sang hafidzah

Profil Ketegaran seorang Ayah


Tak sekedar ketabahan

Profil keteguhan seorang ayah, tak bisa ukur oleh keteguhannya menyembunyikan senyum setiap beban yg meringkihkannya. Butuh kesediaan lelah untuk menggambarkan bagaimana mulianya seorang ayah yang mengkhawatirkan masa depan kita. Ayah adalah sosok yangg berperan besar dalam pembentukan karakter kita. Setelah diri kita.

Masih teringat, dalam buaiannya, perlindungannya -wujud cinta pada anaknya- melindungi anaknya sekokoh karang nan gagah. Tak akan dibiarkan anaknya kelaparan bahkan sekedar kedinginan. Kasih, sayang, cinta, dan kepedulian itulah yang menyatu dalam tubuh kita. Kita tak bisa membantah kalau dalam tubuh kita ada darahnya. Kita tidak bisa membantah bahwa di balik tatapan dan sorot mata kita juga ada ayah yang telah memberikan segala-galanya untuk kita. Letih bekerja sirna dengan kesuksesan anaknya yang membayang. Kebingungan memikirkan biaya hidup tak dirasa, selalu menampakkkan ketegaran yang tiada tara sehingga diusapnya kita dengan kenyamanan. Pada saat itu ia berharap kita akan menjadi anak yang bisa menyejukkan hatinya. Saat itu harapan yang terpatri di hatinya adalah agar kita menjadi anak yang sholeh dan sholehah, berbakti pada keluarga, masyarakat, agama, dan negara. Pada saat itu sebuah harapan agar kita bisa menjadi kebanggaannya suatu saat nanti.

Cepat berlalu kenangan itu, sekejap menjadi dewasa, bertambah beban lagi. Kebutuhan hidup menjemput. Keputusan sepihak darinya kadang dirasa beban dan vonis. Tapi itu semua adalah demi kebaikan sang tulang punggung keluarga. Harapannya, torehan tangan kekarnya menghendaki anak tak layu di telan zaman, tak goyah diterjang badai. Agar anak tidak terlena dimasa kecil yang mengakibatkan hanya kemalasan yang tercipta. Sisi kehidupannya penuh etos semangat mengajar kebaikan sang anak

Menata mekanisme pewarisan dari sifat ayah sangat rumit dan selalu tak sama. Pewarisan yang tak akan utuh. Membuat anak musti merenungkan pahatan-pahatan watak yang terukir lewat kerasnya didikan ayah pada lembar sejarah hidup bersama kenangannya. Walau kadang bukan sebagai tempat labuhan kesah, tapi selalu siap jadi partner menyelami konflik. Membangun ketegaran; resistan menyikapi suatu masalah. Bukan dalam jangka pendek tapi sudut pandang dengan radius jauh dan utuh menyeluruh. Ketika cahaya dewasa mulai nampak pada diri anak, semakin ia rapatkan simpul-simpul bimbingan. Interaksi yang tak terlalu dekat tetapi sentuhan pewarisan karakter yang kuat.

Begitu piawai dan kritis menyusupkan karakter laki-laki. Prinsip pembinaan kepribadian yang ingin ditularkan. Karakter tidak mutlak bercermin pada ayahnya, tapi bisa memadukan dengan karakter pada sosok sepanjang jalan hidupnya.

Bukti nyata, bila bulir-bulir penanaman moral mengakar erat, maka ketegasanlah yang tercipta.

Sosok ayah sebagai profil yang dengan keteguhannya membimbing anak saat mulai menyusuri usia, menjadikan anak memiliki jelas tujuan hidup-dengan beban yang mengiringinya-. Daya juangnya melampaui postur tubuhnya. Daya pikirnya tak terhalang pendidikan. Penanaman akhlak anaknya semahir seorang ustad. Pengorbanan totalitas yang dihibahkan demi sang anak, bukan sekedar ketabahan tanpa tangis sewaktu musibah datang. Kehadiran nelangsa yang mengoyak ia simpan rapat. Kecemasan jadikan sang anak terbaik.

Kita tidak akan pernah bisa membalas jasa-jasanya sekalipun kita menghadiahkan segunung emas ketika beliau berulang tahun. Mengapa? Karena kasih pada buah hatinya seperti air yang mengalir deras. Tak pernah henti.

Jumat, 02 Mei 2008

refreshing....!!!


lagi : (di atas patung batu Malin Kundang)
Hendra /Raflesia, Melisa /LP2I, Tya LP2I, Fadil /Rabbania
sahabat dalam susah dan senang. dengan berlatar belakang Pantai Air Manis, 26 April 2008, pasca UTS (Ujian tidak Serius)
/ki-ka : Adi sastra (kerinci), Rico Adrial(Padang), Arfhani, Fadil(Jambi)


di mana ada kemauan, disitu ada jalan;

di mana tidak ada kemauan disitu ada BANYAK ALASAN!!!

Jadilah anda "yang pertama", jika tidak jadilah "satu-satunya", jika tidak jadilah "yang terbaik", jika tidak jadilah anda diantara orang-orang yang terbaik.
Habib Yunus
hidup adalah anugerah dari ILLAHI, jadikan hidup ini bermanfaat bagi orang yang ada disekitar kita dengan cara melakukan segala sesuatu dengan maximal dan berusaha tanpa pantang menyerah, maka Tuhan pasti tidak akan sampai hati membiarkan kita terus dalam kesusahan.






yakinilah apa yang kita yakini bakal kita raih, karena hidup tampa keyakinan yang kuat bagaikan pohon tanpa akar



Marilah tersenyum ^_^ , karena senyum semuanya menjadi lebih berarti. Dan senyum itu hal yang paling mudah dilaksanakan tanpa memerlukan keahlian khusus. Dengan senyum kita saling berbagi kasih dalam kehidupan, ayo semua pasti bisa ...cia yo!!!

tekad universal


Akhi, aktivis islam, tekad yang kita inginkan kepada tiap aktivis islam adalah tekad universal. Tekad mencari ilmu dan mengamalkannya. Tekad berdakwah dan berjihad. Tekad beriman, yakin, sabar dan ridho. Tekad melakukan amar ma'ruf nahi mungkar dan menyatakan kebenaran. Tekad memperbaiki diri sendiri dan memberi petunjuk kepada manusia.
Kita tidak menginginkan tekad parsial,yang terbatas (mempunyai batas) pada satu aspek. Kita menginginkan orang yang tekadnya menyeluruh (universal) di semua medan dakwah. Tidak hanya di satu aspek tanpa mengindahkan aspek yang lain. Atau fokus pada aspek tertentu dan mengabaikan aspek yang lain. Kita menginginkan tekad sempurna dan universal. Ibnu Qayyim : Diantara manusaia ada yang berjalan menuju pada Allah di setiap tempat dan sampai pada-Nya dari semua jalan. ia jadikan aktivitas ibadahnya sebagai poros hatinya dan penglihatannya.

Hanya seseorang yang mempunyai 'sesuatu ' yang dapat memberi 'sesuatu'.

Otak Arsitek



Peradaban selalu bermula dari gagasan.
Peradaban besar selalu lahir dari gagasan-gagasan besar.
Gagasan-gagasan besar lahir dari akal-akal raksasa.
Begitulah kejadiannya.
Minimnya kuantitas bukanlah halangan.
Sahabat-sahabat memang jumlahnya sedikit, tetapi mereka semua membawa semangat dan kesadaran sebagai pembangun peradaban dan membawa talenta sebagai arsitek peradaban.
Kesadaran yang terbentuk sejak dini.

Kamis, 01 Mei 2008

Dimanakah Pemimpin..


Tuhan kami... Telah nista kami dalam dosa bersama Bertahun membangun kultus ini Dalam pikiran yang ganda dan menutupi hati nurani Ampunilah kami ampunilah amin

Ketika rakyat yang terus saja diam dalam stagnanisasi dalam memilih figur pemimpin yang memang mirip sebuah mesin tua, tetapi tetap dipertahankan sebagai ukruan kematangan pemimpin. Kekayaan seorang pemimpin menjadi pujaan, ddan keturunan sebagai faktor pembanding layak atau tidaknya seseorang menjadi pemimipin. Karakter UMAT YANG BERUBAH DARI POLA PIKIR PENDIDIKAN sebagai parameter kemampuan seorang pemimpin kepada sebuah vonis tentang profil seorang pemimpin, yaitu mereka yang mempunyai cukup materi,birunya darah keturunan dan banyaknya jumlah pendukung mereka (yang memang rata-rata mesin tua juga). Keadaan ini memunculkan perkara baru.
Pilihan-pilihan pemimpin yang hadir serba tanggung. Bukan raja bukan pula khalifah. Uang mereka tidak cukup melimpah untuk menjadi seorang bos, sementara kesalhihan mereka tidak cukup anggun untuk menjadi seorang khalifah. Keangkuhan mereka tidak cukup sempurna untuk berkuasa, sementara kerendahatian mereka tiddak cukup memadai untuk melayani umat. Bakat mereka tidak cukup handal untuk menjadi seorang megaloman,semantara kapasitas mereka tidak cukuptangguh untuk menjadi pemimpin.
Ternyata memang, pilihan rakyat tentang profil seoarang pemimpin juga menawarkan permasalahan mengenai ketersediaan seorang pemimpin.
Masyarakat yang sudah terorganisasi sudah seharusnya kritis dalam menilai hadirnya calon-calon pemimpin di panggung sejarah. Kapasitas mereka, apa yang tersembunyi dan yang dibawa oleh calon-calon tersebut menjadi sorotan utama masyarakat.
Pemimpin yang memadani adalah pemimpin yang mampu menyembuhkan penyakit kerapuhan dalam masyarakat, mampu menyatukan kekuatan kembali dari tenaga yang terpisah dan menjadikan elemen yang dipimpinnya sebagai komponen yang solid. Bukan hanya pemimoin secara fisik, tetapi yang mampu menhghadirkan semangat kehidupan dalam kemasyarakatan. Merubah aktivitas organisasi dengan kelemahan fungsi seorang pemimpin, sering bertemu tapi tidak merumuskan apa-apa, apalagi melakukan sesuatu. Sehingga apa yang dilakukan olehnya mampu menghadirkan kebanggaan kolektif yang sama-sama dirasakan. Pemimpin yang mampu mengakomodasikan keunggulan-keunggulan individu dengan kemanfaatan fungsinya. Memilki kesiapan dalam mengantisipasi berbagai tantangan, terutama yang bersifat tiba-tiba dan mengejutkan.

paddy's as salam